Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Pada Tumbuh
Dasar Teori
1 Faktor-faktor Biotik dalam Interaksi Populasi
Faktor yang berpengaruh dalam
interaksi populasi adalah faktor biotik lingkungan yang pada dasarnya bersifat
acak tidak langsung terkait dengan perubahan komunitas, terutama faktor iklim
dan curah hujan. Banyak data mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang
pertama-tama menentukan kerapatan populasi. Perubahan yang cocok dapat
meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya poipulasi dapat mati kalau tidak
cocok.
Pada dasarnya pengaruh yang baru
diuraikan berlaku bagi kebanyakan organisme tetapi pengaruh yang sebenarnya malah
dapat memicu perubahan mendasar sampai kepada variasai.
Jika pembahasan berbagai factor
abiotik lingkungan terkait dengan berbagai parameter toleransi, sebaran dan
optimasi, factor biotic didak langsung terkait dengan factor itu. Tetapi di
sisi lain factor biotic lebih realistic, bervariasi dan mampu menciptakan
stabilitas populasi.
2 Persaingan dalam komunitas
Dalam artian yang luas persaingan
ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang
sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara
indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis
disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi
antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik.
Persaingan yang terjadi antara
organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal
ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang berinteraksi akan di
rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab
terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan
lain – lain (Setiyadi, 1989). Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme
interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan
populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan
perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).
Harter (1961), mengatakan bahwa
persaingan intraspesifik di gunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antar
individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan intraspesifik terdiri atas :
1
Persaingan aktivitas
2
Persaingan sumber daya alam
Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan bersama bila
individu-individunya secara bebas di kendalikan oleh hal – hal sebagai berikut:
- Perbedaan unsur hara
- Perbedaan sebab – sebab kematian
- Kepekaan terhadap berbagai senyawa racun
- Kepekaan terhadap faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang berbeda.
Beberapa factor-faktor yang
berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan,
yaitu :
- Jenis tanaman
Factor ini meliputi sifat biologi
tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya
adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas
sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun
yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga
menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
- Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada
suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini
karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
- Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat
dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman
yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi
daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi
karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan
lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
- Waktu
Dalam hal ini waktu adalah lamanya
tanaman sejenis hidup bersama. Periode 25-30% pertama dari daur tanaman
merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh
persaingan.
Berikut adalah tabel pengaruh interaksi populasi A vs B
terhadap kelangsungan kehidupan pertumbuhan populasi
No
|
Tipe interaksi
|
Tidak berinteraksi
|
Apabila berinteraksi
|
Hasil interaksi
|
||
A
|
B
|
A
|
B
|
|||
1
|
Netralisme
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Tidak ada yang terpengaruh
|
2
|
Kompetisi
|
0
|
0
|
-
|
-
|
Yang paling terpengaruh punah
|
3
|
Mutualisme
|
-
|
-
|
+
|
+
|
Obligatori bagi kedua
populasi
|
4
|
Protokooperasi
|
0
|
0
|
+
|
+
|
Menguntungkan keduabelah
pihak namun tidak obligatori
|
5
|
Komensalisme
|
-
|
0
|
+
|
0
|
Obligatori bagi A, B tidak
terpengaruh
|
6
|
Amensalisme
|
0
|
0
|
-
|
0
|
A tuan rumah, B tak
terpengaruh
|
7
|
Parasitisme
|
-
|
0
|
+
|
-
|
Obligatori bagi A, B tuan
rumah
|
8
|
Predasi
|
-
|
0
|
+
|
-
|
Obligatori bagi A, B tuan
rumah
|
Keterangan : + Populasi tumbuh
-
Populasi menurun
0 Pertumbuhan populasi tidak
terpengaruh
1. Netralisme
Netralisme merupakan tipe interaksi
interspesifik yang di kenali sehari-hari
dimana populasi yang bekerja sama seolah-olah tidak saling terpengaruh,
walau sesungguhnya semacam kerja sama tersenglenggara sangat halus.
2. Kompetisi
Kompetisi merupakan tipe interaksi
interspesifik antara dua individu atau spesies yang berebut sumber daya yang
terbatas seperti pakan, air, ruang untuk sarang dan lain-lain. Pihak yang lebih
efisien memanfaatkan sumber dayanya untuk bertahan, dan yang lainya tersingkir.
fenomena ini di sebut prinsip pemikiran kompetitif (competitive)
Kesimpulanya, kompetisi untuk
memperebutkan sumber-sumber daya ekosistem merupakan faktor utama dalam
pengendalian populasi. Tidak ada populasi yang mampu bertahan dengan kerapatan
tinggi, individu yang tidak mampu memanfaatkan sumber-sumber daya lingkungan
akan tersingkir.
3. Mutualisme dan Protokooperasi
Mutualisme di sebut juga simbiosa
yang merupakan interaksi obligatori (wajib) yang di perlukan oleh kedua belah
pihak yang berinteraksi karena keduanya saling memerlukan.
Sedangkan protokooperasi memiliki
pengaruh yang sama terhadap populasi yaitu saling memerlukan namun kadar
interaksi protokooperasi kurang atau tidak bersifat obligatori bagi kedua
pihak.
4. Komensalisme
Interaksi antara individu yang
memberikn keuntungan kepada salah satu individu jenis populasi, sementara yang
lain tidak memperoleh keuntungan apa-apa namun tidak dirugikan (Setiyadi,1889).
5. Anemsalisme.
Anemsalisme merupakan kebalikan dari
komensalisme. Ini menunjukan adanya hubungan antara individu-individu populasi
ke satu merasa di rugikan (tetapi sesat) dan organisme populasi lain tidak di rugikan (netral).
amensalisme merupakan persaingan dalam bentuk yang lemah. Contohnya adalah
proses Allelopathy dimana pada jenis tumbuhan tertentu ada yang dapat
mengahsilkan senyawa kimia tertentu dan dapat berpengaruh/ menghalangi
pertumbuhan jenis tumbuhannya.
6. Parasitisme
Parasitisme merupakan proses interaksi antara dua jenis
populasi dimana satu jenis mendapat ke untungan, dalam hal ini di sebut parasit
sedangkan yang kedua menderita kerugian (sebagai inang)
7. Pemangsaan atau Predator
Pada tipe interaksi
ini salah satu spesies menjadi pakan lawan spesies interaksinya. Proses ini
fundamental terhadap rantai pakan di atas jenjang autotropik.akibat proses
mangsa-memangsa jumlah populasi mangsa berkurang, tetapi mekanisme putaran
umpan balik komunitas dapat mengendalikan jumlah populasi pemangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar
Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan Srigandono, B) Yogyakarta:
Penerbit Universitas Gajah Mada.
Setiadi, Dedi, Muhadiono, Ayip Yusron.1989. Penuntun
Praktikum Ekologi.PAU Ilmu Hayat IPB: Bogor.
Salisbury, F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Penerbit ITB: Bandung
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2.
UGM Press Yogyakarta
Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum.Gita
Media Press: Jakarta
Sowasono,
Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Wirakusumah, S. 1003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan
Komunitas. UI-Press: Jakarta
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta